Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 10 November 1999, kita baru saja mengenang dan memperingati Hari Pahlawan. Di hari yang bersejarah ini, kita kembali mengenang peristiwa bersejarah, yang terjadi 54 tahun yang silam, dimana disaat yang bersejarah tersebut, para pahlawan kita telah berjuang tanpa pamrih, melepaskan keluarga yang dicintai, melepaskan ke egois an (kesenangan kesenangan) pribadi, demi hanya satu tujuan dan tekad yang mulia, agar bangsa dan negara tercinta INDONESIA, bebas dari belenggu penjajahan. Semuanya dikorbankan untuk meraih tujuan yang sangat mulia dan agung ini. Dan tidak sedikit dijumpai, yang sampai mengalami cacad jasmani dan adakalanya juga mengorbankan jiwa dan raganya, sampai ke titik darah penghabisan, untuk meraih tujuan mulia ini. Ternyata, perjuangan dan tekad luhur ini, telah memberikan hasil yang diharapkan, sehingga saat ini kita bisa menikmati betapa bahagianya, hidup di alam kemerdekaan. Di hari yang bersejarah ini, sudah sepantasnya kita, mengenang kembali atas perjuangan perjuangan mulia para pahlawan kita di masa lalu, dengan diiringi doa dan pengharapan : " SEMOGA PARA PAHLAWAN YANG TELAH GUGUR DEMI MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN INI, HENDAKNYA SENANTIASA TERLAHIRKAN DI ALAM YANG PE-NUH DENGAN KEBAHAGIAAN, SVARGA LOKA SUKHAVATI…"
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu menghargai jasa jasa pahlawannya. Para pahlawan merupakan suri tauladan yang patut ditiru, yang mana telah berkorban dan berjuang tanpa pamrih adanya, demi pembebasan bangsa dan negara ini, dari belenggu penjajahan. Tanpa adanya perjuangan perjuangan dari para pahlawan dimasa lalu, maka hingga saat ini, mungkin saja kita masih hidup primitif dan menderita dibawah tekanan tekanan. Yang namanya ketentraman, kedamaian maupun kebahagiaan serta kesejahteraan adalah hal yang tidak mustahil dirasakan. Nach, di hari yang bersejarah ini, apakah yang seharusnya diperbuat…? Di alam kehidupan yang nyata ini, kalau kita mau mengakuinya dengan sejujurnya, sebenarnya terdapat dua tipe manusia, yang sungguh sulit diketemukan. Kedua tipe manusia tersebut adalah:
Manusia yang disebut dengan "PUBBAKARI : berani berkorban untuk kebahagiaan orang lain "
Manusia yang disebut dengan "KATANNUKATAVEDI : tahu berterima kasih".
Tipe Pubbakari.
Tipe manusia Pubbakari adalah tipe manusia
yang berani berkorban, untuk kebahagiaan orang lain, yang tanpa dibonceng oleh unsur unsur
kemelekatan. Jika dia menolong maka yang ditolong tidak hanya saudaranya tetapi juga
musuhnya atau orang orang yang tidak dikenal sama sekali. Tipe manusia ini, harus diakui
sudah mulai langka, di alam kehidupan ini. Umumnya, seseorang baru akan melakukan
sesuatu (menolong), terutama sekali kepada saudaranya atau seagama, sesuku dan sealiran
dengannya, jika suatu hari kelak memberikan manfaat (imbalan) bagi dirinya. Sulitnya
seseorang memiliki sifat "pubbakar i" ini, umumnya dikarenakan kuatnya keegoisan dan
kemelekatan, yang membelenggu bathin seseorang. Didalam Kitab Suci Dhammapada
Tanha Vagga XXIV : 335 , Sang Buddha menyabdakan : "Orang yang dicengkram
oleh keinginan yang dipenuhi oleh racun keduniawian, kesedihannya akan terus berkembang
biak, bagaikan rumput birana yang berkembang subur.... "Kalau dimasa yang lalu,
para pahlawan telah mengorbankan jiwa dan raganya, demi kemerdekaan tanah air tercinta ini.
Mengapa dimasa ini, kita tidak mau meneladaninya..? Tanpa adanya keinginan untuk mau
melepaskan diri dari kemelekatan maka sampai kapanpun juga, yang namanya ""sukkha :
kebahagiaan " akan jauh keberadaannya. Banyak cara yang bisa ditempuh, agar kita bisa
terbebaskan dari kemelakatan, misalnya : menolong saudara kita yang tertimpa bencana alam,
yang berada di panti asuhan, panti jompo atau menjadi orang tua asuh dan lain sebagainya.
Alangkah sedihnya, jika di alam kemerdekaan ini, kita masih terbelenggu oleh keduniawian.
Sebagai siswa Sang Buddha, sudah seharusnya sifat Pubbakari ini, dimiliki sedini mungkin
agar "lautan derita", bisa terhindari. Dan harus disadari bahwa kelebihan kelebihan
apapun yang berhasil dimiliki saat ini, tidaklah terlepas dari Pubbakari, yang telah disemai di
masa lalu. Ringkasnya, tanpa adanya Pubbakari dimasa lalu, maka tidaklah mungkin bisa
menikmati kelebihan kelebihan disaat ini.
Apa yang ditanam maka itulah yang akan
dipanen. Jangan sekali kali timbul di dalam pikiran kita bahwa dialah yang pantas ku tolong
sedangkan dia, tidaklah pantas karena bukan temanku, adikku, saudaraku dan lain sebagainya.
Disaat ber Pubbakari, tidaklah dibenarkan sama sekali, didasarkan atas faktor suka dan tidak.
Didalam kitab suci Dhammapada Piya Vagga XVI : 210, Sang Buddha
menyabdakan : "Jangan terlalu rapat bergaul dengan orang yang dicintai dan dibenci,
tidak bertemu dengan yang dicintai dan berjumpa dengan yang dibenci, keduanya akan
menimbulkan penderitaan …" Kalau kita ber Pubbakari yang didasarkan pada
kemelekatan (ke-egoisan-an) semata mata maka yakinlah, bukan kebahagiaan yang akan
dirasakan, tetapi malahan sebaliknya.
Tipe Katannukatavedi.
Tipe manusia Katannukatavedi adalah tipe
manusia yang tahu berterima kasih. Di hari yang bersejarah ini, sebagai manusia yang ber
Katannukatavedi, sudah sepantasnya, kita berterima kasih kepada para pahlawan, yang telah
berjuang demikian beratnya, mewujudkan kemerdekaan ini. Wujud terima kasih yang
sewajarnya dilaksanakan adalah dengan ikut serta memakmurkan negara dan bangsa ini,
melalui tindakan tindakan positif. Misalnya, kita jaga perdamaian dan hindari perpecahan
serta kreatif didalam menciptakan ide ide persatuan. Selain berterima kasih atas jasa jasa
mulia para pahlawan, kita juga harus berterima kasih kepada para penerus para pahlawan,
yang dalam hal ini adalah pemerintah. Kita harus berusaha menyokong dan membantu setiap
kebijaksanaan dan program pemerintah, agar cita cita luhur untuk meraih keadilan dan
kemakmuran yang merata, bisa ter realisasikan. Ini wujud dari ungkapan terima kasih, yang
seharusnya diterapkan. Didalam ber Katannukatavedi (tahu berterima kasih), kita juga dituntut
untuk berperan aktif, mewujudkan kesuksesan program pemerintah. Janganlah sampai
pengorbanan para pahlawan menjadi sia sia. Didalam sabda Nya, Sang Buddha
menyabdakan : ""Kesalahan kesalahan orang lain mudah dilihat tetapi kesalahan diri
sendiri sulit untuk dilihat. Seseorang dapat menunjukkan kesalahan kesalahan orang lain
seperti menampi dedak tetapi ia menyembunyikan kesalahan kesalahannya sendiri seperti
penjudi licik, yang menyembunyikan dadu berangka buruk.. …" Disaat ber
Katannukatavedi, kita juga harus mampu menjaga sikap dan mencegah timbulnya, tindakan
tindakan yang kurang terpuji, misalnya : mencari cari kesalahan kesalahan atau
mengkambing-hitamkan pihak lain. Dalam hal ini, berterima kasihlah dengan tulus dan ikhlas,
yang tanpa adanya unsur negatif. Semoga di alam kemerdekaan ini, kita hendaknya
senantiasa memiliki sifat Pubbakari (berani berkorban) dan Katannukatavedi (tahu berterima
kasih), yang tanpa diboncengi oleh unsur kefanatikan (kemunafikan), yang mana diakhirnya,
akan memberikan manfaaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan Bangsa dan Negara
Kesatuan Repubklik Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya. Semoga di hari
yang bersejarah ini, tekad persatuan dan kesatuan kita akan semakin kokoh. Ibarat pepatah
mengatakan bahwa ""bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Sapu lidi akan bisa
dimanfaatkan untuk membersihkan pekarangan, kalau diikat didalam satu kesatuan tetapi jika
masih tercerai berai, maka tiadalah manfaatnya sama sekali. Di kebanyakan sabdaNya,
Sang Buddha juga selalu menekankan, akan perlunya persatuan dan kesatuan diterapkan
sedini mungkin, di setiap aspek dari kehidupan ini. Didalam Dhammapada Yamaka
Vagga 1 : 6, Sang Buddha menyabdakan :"Orang orang lain tidak menyadari
bahwa "kita semua akan binasa (dalam persengketaan) Namun, mereka yang
memahami kebenaran ini, niscaya akan mengakhiri persengketaan "
Nach, di momentum yang bersejarah ini, selain merenungkan dan memperingati Pubbakari,
yang telah dicurahkan oleh para pahlawan kita, kitapun sudah sepantasnya, ber
Katannukatavedi dengan penuh keikhlasan dan kekompakan, demi terciptanya persatuan
yang abadi. Terpujilah para pahlawanku, jasa jasa mulia mu, akan dikenang sepanjang
masa…
…."Sabbe satta sabba dukkha pamuccantu - Sabbe satta bhavantu sukhitata :
Semoga semua makhluk terbebaskan dari derita dan Semoga semuanya senantiasa
berbahagia…sadhu..,sadhu…,sadhu.."