Jadilah Manusia Yang Berani Hidup
oleh
UP Dharma Mitra (Peter Lim)



       "Ia yang memuji dirinya sendiri dan menghina orang lain, menganggap diri sendiri yang terbaik dan bersikap sombong; orang sedemikian adalah orang yang rendah "" SUTTA NIPATA 132.
       Terlahirkan di alam kehidupan yang nyata ini, tidaklah sedikit dijumpai rintangan dan kemalangan, yang mendera bathin kita. Dan adakalanya, rintangan dan kemalangan tersebut timbul, di luar dari ke logika an. Terjadinya rintangan dan kemalangan ini, tidaklah memandang status sosial atau kondisi seseorang. Semua rintangan dan kemalangan ini, bisa saja menyusup kepada siapapun juga dan di setiap aspek dari kehidupan. Contoh dari rintangan dan kemalangan, yang umumnya dijumpai adalah :

  1. Kemiskinan. Dimilikinya kemiskinan di dalam kehidupan ini, adakalanya bukanlah semata-mata dikarenakan kebodohan (idiot). Di lingkungan kita, adakalanya seseorang dengan segudang gelar dan kemampuan, bekerja siang dan malam, tetapi tetap saja miskin. Adanya kemauan yang kuat serta diiringi oleh tekad yang membara, juga tidak menjamin, berhasilnya kekayaan diraih.

  2. Sakit-sakitan. Tidak sedikit dijumpai, seseorang yang terkena sedikit saja angin, hujan dan debu, langsung jatuh sakit dan adakalanya bisa berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Adalagi yang langsung jatuh sakit, hanya dikarenakan termakan udang, telur, ikan dan lain sebagainya. Untuk jenis penyakit ini, di istilah kedokterannya, dikenal dengan sebutan alergi.

  3. Cacad jasmani Di lingkungan kita, sering dijumpai seseorang yang terlahirkan dengan kondisi cacad jasmani (tubuh). Ada yang terlahirkan dengan tidak dimilikinya mata, tangan, kaki atau organ tubuh lainnya. Atau ada juga dijumpai, seseorang yang terlahirkan dengan sekujur tubuh, ditumbuhi oleh daging.

  4. Bodoh alias idiot. Adanya ketidakmampuan untuk menangkap atau menerima, fakta kebenaran (pengetahuan) adalah ciri khas orang yang bodoh. Ciri khas manusia ini, jika masa pendidikan untuk menjadi sarjana ± 5 tahun maka baginya, bisa saja berlangsung puluhan tahun lamanya dan tidak tertutup kemungkinan, gagal meraih kesarjanaan.

  5. Dihina, difitnah dan dicela Dalam kondisi dan keadaan yang bagaimanapun juga, tidaklah terdapat manusia, yang telah terbebaskan dari hinaan, fitnahan maupun celaan. Mengapakah kondisi ini bisa terjadi? Semuanya ini bisa timbul, tidaklah terlepas dari kuatnya ke Aku an, yang membelenggu bathin seseorang, disamping adanya sifat "iri dan kebencian", yang tidak pada tempatnya.

Jadi, kemiskinan, sakit-sakitan, cacad jasmani, kebodohan dan celaan, yang terjadi adalah rintangan dan kemalangan yang umumnya kita alami. Bagi segelintir orang-orang yang tidak memiliki pengertian benar akan kondisi ini, maka akan menghalalkan (baik maupun buruk) segala macam cara, untuk merombak atau memperbaikinya. Sehingga akhirnya, terjadilah hal-hal yang diluar dari perikemanusiaan. Jika dia berada dalam kemiskinan, maka cara yang umumnya ditempuh adalah menipu, memanipulasi, korupsi dan bahkan membunuh. Dan kehadirannya, akan selalu berdampak negatif bagi pihak lain atau menjadi beban masyarakat. Singkatnya dikatakan bahwa setiap derap langkah dan tindak tanduknya, cenderung merugikan pihak lain. Kalau demikian halnya, adakah manfaatnya (kehadiran) terlahirkan di alam manusia ini…? Dan dilain sisi, jika terlahirkan sakit-sakitan dan dia akan selalu menyalahkan pihak lain, misalnya orang tuanya atau dokter yang tidak becus (pandai) mengobatinya (menurut dia). Ini adalah ciri khas manusia, yang lari dari kenyataan. Atau tidak mengerti (menyadari) hakekat yang sesungguhnya dari hukum karma, yang menyatakan bahwa kondisi apapun yg dialami, tidaklah terlepas daripada karma, yang sudah seyogianya diterima. Dengan selalu menyalahkan pihak lain, atas kemalangan yang dialami, maka akan memberi peluang, timbulnya kebencian dan antipati. Dan jika dalam kondisi ini, sampai timbul dan tertanam dengan baik, apakah yang akan dirasakan?
       Tidak lain adalah penderitaan. Jika penderitaan yang dihasilkan, inilah yang disebut dengan kebodohan ! Selanjutnya, jika terlahirkan cacad jasmani dan kita tidak mau menerima kenyataan ini, akan adakah manfaatnya, disesalkan? Konsep hukum karma menegaskan bahwa sesuai dengan benih yang telah ditabur maka itulah yang akan dipetik. Kebajikan yang diperbuat maka kebahagiaanlah akibatnya dan begitu juga sebaliknya.
       Ketidak-mampuan menerima kenyataan-kenyataan yang terjadi, cepat maupun lambat akan mengotori pikiran seseorang, untuk mau melakukan perbuatan-perbuatan yang sifatnya tidak baik. Jika perihal ini sampai terjadi, maka secara tidak langsung, kita telah memperpanjang lingkaran"samsara : kelahiran dan kematian".
       Kembali lagi, bukankah ini yang disebut dengan kebodohan? Jika berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan, kita selalu memenuhinya dengan aneka ragam perbuatan tercela, maka kondisi yang kurang menguntungkan ini, bukannya akan bertambah baik, malahan akan memperburuk keadaan, serta bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama lagi. Dan selanjutnya, jika terlahirkan bodoh, maka renungkanlah selalu bahwa pikiran kita, konsep kerjanya tidaklah jauh berbeda dengan pisau. Semakin sering diasah maka akan semakin tajam. Jadi janganlah kita sampai "minder : rendah diri" jika berada dalm kondisi ini. Dan akhirnya, jika selalu dihina, difitnah dan dicela, perlukah dirisaukan? Didalam sabdaNya, Sang Buddha menyabdakan :"Seseorang tidaklah hina karena kelahiran, tidak juga kelahiran menjadikan seseorang suci. Hanya perbuatan yang membuat orang menjadi rendah, hanya perbuatan yang membuat orang suci". Membalas hinaan, fitnahan dan celaan dengan hinaan, fitnahan dan celaan pula, apa bedanya diri kita dengan mereka? Ibarat disoraki orang gila dan kita ikut membalasnya, dalam hal ini, siapakah yg benar benar gila? Jawabannya hanya satu yaitu kita sama gilanya dengan dia ! Jadi, jika di dalam kehidupan yang nyata ini, kita menolak menerima (rintangan dan kemalangan) kerealitaan yang terjadi, inilah yang dinamakan dengan"tidak berani hidup".Menolak atau menyangkal atas rintangan dan kemalangan yang dialami, bukanlah cara yang bijaksana, untuk melanjutkan jalur kehidupan, ke arah depan (yang lebih baik). Jika berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan, kita selalu statis (tidak bergerak), dalam arti kata tidak berusaha untuk mau menerima kerealitaan serta merubahnya, maka sampai kapanpun juga, yang namanya kebahagiaan, tidaklah akan bisa direalisasikan. Oleh karena itu, agar kehidupan ini bisa bermakna, baik bagi diri sendiri maupun makhluk lain, serta berani menghadapinya dengan bijaksana, hanya satu jalur yang harus ditempuh yaitu terimalah kerealitaan (kenyataan) apapun yg terjadi.Jangan menyesali apa yg akan atau sudah terjadi . Hanya orang orang yg berani hiduplah, yang akan mampu dan mau menerima serta memperbaiki kerealitaan yg telah terjadi. Didalam Dittha Dhammi Kattha 4 (4 jenis kebenaran yang bermanfaat), Sang Buddha memberi petunjuk dasar, agar kita berani menatap dan menjalani, kehidupan ini apa adanya, tanpa dibarengi oleh unsur kekecewaan, frustasi atau kerendahan diri. Melalui Ditta Dhammi Kattha 4 ini, kita diarahkan untuk bisa menerima dan mengembangkan, kekurangan menjadi kelebihan, yang mana pada akhirnya akan membuat diri kita, berani dan benar-benar berani, menghadapi kehidupan ini serta tidak menimbulkan dampak negatif, baik bagidiri sendiri maupun makhluk lain. Adapun bagian dari Dittha Dhammi Kattha 4 adalah :


  1. Utthana Sampada : rajin dan bersemangat
    Kalau kita berada dalam kemiskinan, sakit-sakitan, cacad jasmani, bodoh dan senantiasa dihina, tanpa adanya kerajinan serta semangat, untuk mau memperbaiki diri. Apakah yang bakal terjadi? Jawabannya hanya :

    1. jika berada dalam kemiskinan, dia akan selamanya miskin

    2. jika sakit sakitan, dia akan tetap tergeletak di tempat tidur. Dalam hal ini, tidaklah berbeda dengan seseorang yang pasrah, dimana menunggu saat yang tepat, kematian datang menjemputnya.

    3. jika cacad jasmani, dia akan tetap cacad atau bisa saja akan bertambah parah, dibanding sebelumnya.

    4. jika bodoh (idiot), dia akan senantiasa bodoh dan tidak tertutup kemungkinan, yang dikarenakan oleh kebodohannya, dia melakukan aneka ragam perbuatan tercela.

    5. jika dihina dan dicela, dia akan senantiasa menerima kondisi yang sama dan tidak tertutup kemungkinan, dijauhi oleh masyarakat (diasingkan) dikarenakan perbuatan tercelanya (ketidakmampuan menerima kondisi ini).

    Tetapi jika kerajinan dan semangat telah dimiliki, maka semua kondisi yang kurang menguntungkan, akan bisa dirubah, setahap demi setahap. Misalnya, dikala miskin, dia giat dan bersemangat bekerja, serta penuh dengan keyakinan diri, maka di suatu hari kelak, kehidupannya akan semakin baik dan apa yang telah dicita-citakan, tidaklah tertutup kemungkinannya, bisa terkabulkan. Begitu juga, dikala sakit sakitan, jika dimilikinya kerajinan dan semangat, maka penyakit apapun yang berada disekitarnya, akan bisa diatasi perlahan lahan. Dan dikala menderita cacad jasmani, dia senantiasa rajin dan semangat, maka kehidupan yang dijalani, akan penuh dengan kepuasan dan kebahagiaan, tanpa memikirkan lagi kekurangan yang telah dimiliki.
           Selanjutnya, jika berada dalam kebodohan, dia senantiasa rajin dan bersemangat maka kebodohan itu, akan bisa disirnakan setahap demi setahap, dan diakhirnya, kebijaksanaanlah yang akan diraih. Satu hal yang perlu direnungkan bahwa pada dasarnya,tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanyalah satu yaitu orang yang malas! Akhirnya, jika kita dihina, difitnah dan dicela, tetapi senantiasa rajin dan bersemangat mencegah, munculnya emosi (kemarahan), maka niat jahat, tidak akan berkesempatan timbul. Itulah manfaat-manfaat dimilikinya kerajinan dan semangat, disamping bisa mengikis habis kelemahan kita, juga memotivasi diri kita, untuk mau maju ke depan (memperbaiki diri).

  2. Arakha Sampada : penuh ke hati-hati an.
    Disetiap aspek dari kehidupan yang akan dilalui, tanpa dimilikinya ke hati-hati an maka kemalanganlah, yang akan dirasakan. Contoh sederhananya adalah disaat mengendarai kendaraan, apakah yang bakal timbul, jika tanpa dibarengi oleh unsur ke hati-hati an..? Jawabannya hanya satu yaitu akan terjadi kecelakaan, yang mana bisa saja menabrak tembok, mobil atau orang. Begitu juga dikala makan, tanpa adanya unsur ke hati-hati an maka duri atau tulang, bisa saja tersangkut di kerongkongan. Jika hal ini sampai terjadi, apakah yang akan dirasakan? Tiada lain adalah kesakitan (penderitaan). Jadi, jika kita berada di salah satu dari kondisi, yang tidak menguntungkan ini (kemiskinan, sakit sakitan, cacad jasmani, bodoh atau senantiasa dihina), senantiasalah ber hati-hati.
    Berada dalam kondisi miskin, manfaatkanlah sisa sisa materi, seefektif dan seefisien mungkin, agar terbebas dari jeratan utang. Jika kondisi jasmani tidak " fit : sehat", berhati-hatilah disetiap aktivitas, yang akan dilalui. Jangan aktivitasnya terlalu berlebihan atau dipaksakan. Jika dimilikinya cacad jasmani, jangan sampai frustasi dan kecewa. Senantiasalah berhati hati agar terhindari dari hal hal yang tidak diinginkan, misalnya: jatuh atau tertimpa kemalangan. Kalau dalam pengembaraan (kehidupan) ini, senantiasa dihina, difitnah dan dicela, janganlah sekali kali membuka peluang, timbulnya "dosa : kebencian" . Jadi, dengan dimilikinya kehati-hatian, disetiap derap langkah yang akan dilalui, maka selain mencegah timbulnya kemalangan yang tidak diharapkan (akibat kebodohan atau kecerobohan), juga memotivasi diri kita, agar senantiasa mau berbuat yang terbaik.

  3. Kalyanamittata : memiliki sahabat baik.
    Didalam kitab suci Sigalovada Sutta, Sang Buddha menyabdakan bahwa sahabat yang baik adalah sahabat yang

    1. upakaro mitto : suka menolong.
      Dalam hal ini, dia akan menolong kita jika berada dalam kesulitan. Tetapi jika kita melakukan kejahatan maka tanpa diminta, dia akan menegur dan memarahi diri kita.

    2. samanasukha dukkhomitto : sama sama merasakan, sukkha (bahagia) maupun dukkha (derita).

    3. atthakhaya mitto : suka memberi nasehat.
      Sahabat yang selalu memuji dan tanpa pernah sekalipun, untuk mau menegur atau memarahi diri kita, pantas dicurigai ketulusan dan kejujuran, dari persahabatan yang ditawarkan.

    4. anukampako mitto : senantiasa bersimpati
      Dia akan senang dan bahagia, jika kita meraih kesuksesan atau kegembiraan. Dengan dimilikinya sahabat sejati, kita akan disadarkan agar senantiasa berada dijalur yang benar. Dengan demikian, maka segala kekurangan yang telah dimiliki, apakah kemiskinan/mudah terserang penyakit/cacad jasmani/bodoh atau sering dihina, tidaklah akan bisa menjebak diri, untuk mau meng"halal"kan segala cara, sebagai kompensasinya." Seorang teman adalah kawan seperjalanan, seorang ibu adalah teman dirumah. Orang yang mau menolong pada saat dibutuhkan adalah teman yang baik dan setia. Dan perbuatan baik yang dilakukan oleh diri sendiri adalah teman sejati, pada masa yang akan datang", " Samyutta Nikaya I : 37. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa dengan dimilikinya sahabat yang baik, maka secara tidak langsung, kita akan mampu menerima kerealitaan, disamping berani menatap kehidupan ini, dengan penuh ketegaran dan keteguhan.


  4. Samajivita : hidup sesuai dengan penghasilan.
    Hidup yang sesuai dengan penghasilan, dalam hal ini bermakna, tidak terlalu kikir (pelit) dan juga terlalu boros. Penghasilan yang berhasil diraih, jika dimanfaatkan sebijaksana mungkin, tidaklah akan bisa menimbulkan kesusahan, di kemudian hari. Jadi, dikala berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan, apakah berada dalam kemiskinan, sakit sakitan, cacad jasmani, kebodohan atau senantiasa dihina, kita hendaknya bisa mengatur serta mengontrol penghasilan, dan jika ada kelebihan, hanya dimanfaatkan sebatas yang dibutuhkan saja, agar keadaan yang kurang menguntungkan ini, tidak bertambah buruk lagi. Adanya kemampuan mengatur penghasilan yang sebijaksana mungkin, dalam arti kata, hanya dimanfaat pada hal- hal yang prinsipil saja, maka akan membebaskan diri kita, dari rasa kecewa, frustasi dan rendah diri.
    Bebasnya diri kita dari kondisi ini, maka gairah & keberanian untuk menatap kehidupan ini, akan semakin mantap. Keberanian untuk menatap kehidupan yang sewajarnya, itulah ciri khas manusia yang berani hidup.


Kesimpulan
Manusia yang berani hidup, dalam hal ini adalah bermakna, tidak akan terjerumus ke perbuatan-perbuatan tercela, baik diberi peluang atau tidak. Dan di samping itu, juga memiliki kemampuan untuk mau menerima, kerealitaan-kerealitaan yang dialami. Jadi, jika kita lari dari kenyataan dikala tertimpa kemalangan atau rintangan, dan meng "halal" kan segala cara, agar sesegera mungkin terbebas, dari kondisi yang kurang menguntungkan ini, itulah ciri khas dari tipe tipe manusia, yang takut untuk hidup. Agar kita senantiasa menjadi manusia yang berani untuk hidup, maka milikilah selalu

  1. kerajinan dan semangat.
    Tanpa dimilikinya modal ini, maka apapun yang ingin diawali, tidaklah akan berhasil, yang sesuai dengan yang telah diharapkan.

  2. senantiasalah berhati-hati.
    Aspek dari ke hati-hati an, sangatlah diperlukan di setiap aktivitas, yang akan dimulai. Jika tidak, maka kemalanganlah yang akan dihasilkan.

  3. Milikilah sahabat yang baik.
    Sahabat yang baik dalam hal ini adalah sahabat yang bisa membagi "sukkha : bahagia " dikala kita bahagia, dan "dukkha :derita" dikala kita tertimpa musibah.
  4. Kontrollah penghasilan sebijaksana mungkin.

       Semoga dengan dimilikinya dittha dhammi kattha 4 ini, hendaknya sepanjang pengembaraan (kehidupan) di alam manusia, kita berani menatap kehidupan ini, sesuai dengan kerealitaan yang berlaku, serta tidak akan lari dari kenyataan. Jadilah manusia yang berani hidup, yang berani menatap kerealitaan dan tidak lari dari kenyataan serta meng "haram" kan segala bentuk kejahatan. Akhirnya, semoga semua makhluk, hendaknya senantiasa hidup sesuai dengan " dharma : kebenaran", yang terbebaskan dari ketidak-benaran. Sabbe satta sabba dukkha pamuccantu - sabbe satta bhavantu sukhitata : semoga semua makhluk terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia sadhu, sadhu, sadhu...




Kebijaksanaan
Terbekahilah Dikau Ibu
Perdukunan
Jangan Lari Dari Kenyataan
Terpujilah Dikau Pahlawanku
Jalan Kebahagiaan

Kebajikan
Jadilah Manusia Yang Berani Hidup
Kebaktian Dan Manfaatnya
Alam Neraka
Masih Terpenjarakah Kita
Index